oleh: Muhammad Firman Faiz
Bung Hatta dengan Mesin Ketiknya |
Dr. H. Mohammad Hatta lahir di
Bukittinggi, 12 Agustus 1902. Pria yang akrab disapa dengan sebutan Bung Hatta
ini merupakan pejuang kemerdekaan RI yang kerap disandingkan dengan Soekarno.
Tak hanya sebagai pejuang kemerdekaan, Bung Hatta juga dikenal sebagai seorang
organisatoris, aktivis partai politik, negarawan, proklamator, pelopor
koperasi, dan seorang wakil presiden pertama di Indonesia.
Pada awal Agustus 1945, nama Anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan berganti nama menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia dengan Soekarno sebagai Ketua dan Hatta sebagai Wakil Ketua.
Sehari sebelum hari kemerdekaan dikumandangkan, Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia mengadakan rapat di rumah Admiral Maeda. Panitia yang
hanya terdiri dari Soekarno, Hatta, Soebardjo, Soekarni, dan Sayuti tersebut
merumuskan teks proklamasi yang akan dibacakan keesokan harinya dengan tanda
tangan Soekarno dan Hatta atas usul Soekarni.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 di jalan Pagesangan Timur 56 tepatnya
pukul 10.00 kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta atas
nama bangsa Indonesia. Keesokan harinya, pada tanggal 18 Agustus 1945 Soekarno
diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia dan Hatta sebagai Wakil Presiden.
Pada Juli 1947, Hatta mencari bantuan ke India dengan menemui
Jawaharhal Nehru dan Mahatma Gandhi. Nehru berjanji, India dapat membantu
Indonesia dengan melakukan protes terhadap tindakan Belanda dan agar dihukum
pada PBB. Banyaknya kesulitan yang dialami oleh rakyat Indonesia memunculkan
aksi pemberontakan oleh PKI sedangkan Soekarno dan Hatta ditawan ke Bangka.
Selanjutnya kepemimpinan perjuangan dipimpin oleh Jenderal Soedirman.
Perjuangan rakyat Indonesia tidak sia-sia. Pada tanggal 27 Desembar
1949, Ratu Juliana memberikan pengakuan atas kedaulatan Indonesia kepada Hatta.
Setelah kemerdekaan mutlak Republik Indonesia, Hatta tetap aktif
memberikan ceramah-ceramah di berbagai lembaga pendidikan. Dia juga masih aktif
menulis berbagai macam karangan dan membimbing gerakan koperasi sesuai apa yang
dicita-citakannya. Tanggal 12 Juli 1951, Hatta mengucapkan pidato di radio
mengenai hari jadi koperasi dan selang hari lima hari kemudian dia diangkat menjadi
Bapak Koperasi Indonesia.
Hatta menikah dengan Rachim Rahmi pada tanggal 18 November 1945 di
desa Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Pasangan tersebut dikaruniai tiga orang
putri yakni Meutia, Gemala, dan Halida.
Pada tanggal 14 Maret 1980 Hatta wafat di RSUD dr. Cipto
Mangunkusumo. Karena perjuangannya bagi Republik Indonesia sangat besar, Hatta
mendapatkan anugerah tanda kehormatan tertinggi "Bintang Republik
Indonesia Kelas I" yang diberikan oleh Presiden Soeharto.
Prinsip Hatta saat Haji
Tawaran naik haji dibiayai pemerintah ditolak Hatta. Walau begitu,
pemerintah lalu meminta Hatta sekalian melakukan beberapa kunjungan resmi di
Arab Saudi mewakili Indonesia. Bukan kunjungan politik, hanya untuk jalinan
persahabatan saja. Selain itu beberapa petugas juga ditunjuk mendampingi Hatta.
Saat berangkat tanggal 20 Agustus 1952 di Airport Kemayoran, Hatta
tetap dilepas sebagai wakil presiden yang akan melakukan tugas negara. Para
menteri, pejabat sipil dan militer memberikan penghormatan.
Kantor Berita Antara melaporkan, Panitia Penghormatan Perdjalanan
Hadji Wakil Presiden dipimpin oleh Kasman Singodimedjo dan Kiai Wahid Hasyim.
Mereka menggelar syukuran sejak semalam dengan berdoa dan aneka pertunjukan
bernuansa Islami di Lapangan Udara Kemayoran.
Tekad Hatta dalam Kemerdekaan Indonesia
Dalam dedikasinya untuk kemerdekaan
Indonesia, Hatta tetap melajang hingga usianya lewat 40 tahun. Waktunya
dihabiskan untuk belajar dan mencari cara memerdekakan nusantara. Hatta
berjanji dia akan melepas masa lajang hanya setelah Indonesia merdeka. Meski
banyak sanak saudara yang mencoba mengubah pendiriannya, Hatta tetap kukuh sehingga
ketika usianya menginjak angka 43 tahun, Hatta masih betah tanpa pendamping.
Setelah
Indonesia menyatakan merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Bung Karno langsung
menagih janji sahabatnya, sehingga ia berinisiatif mencarikan jodoh buat Hatta.
Bung Karno memilihkan Siti Rahmiati, anak dari keluarga Abdul Rachim yang
memang dekat dengan dirinya dan Hatta. Usia gadis berdarah Aceh itu baru 19
tahun. Dia bahkan memanggil Hatta dan Soekarno dengan sebutan Om. Ketika
ditanya Soekarno mengenai perasaannya kepada gadis belia itu, Hatta hanya diam.
Bersama R. Soeharto, Soekarno bertandang ke rumah keluarga Abdul Rachim dan menyampaikan
maksud kedatangannya yaitu meminang Rahmi untuk diperistri Hatta.
Tiga bulan setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya tanggal 18 November 1945, Mohammad Hatta dan Rahmi melangsungkan pernikahan. Prosesi dilangsungkan di Megamendung, Bogor. Upacara pernikahan digelar secara sederhana. Mungkin hanya sekitar tiga puluh orang yang hadir. Bung Karno hadir kala itu bersama Fatmawati. Uniknya, Hatta memberikan buku filsafat sebagai mas kawin untuk istrinya, yaitu buku berjudul Alam Pikiran Yunani yang merupakan buah karyanya sendiri.
Daftar
Bacaan
https://m.merdeka.com/mohammad-hatta/profil/
https://m.merdeka.com/peristiwa/kisah-jujurnya-bung-hatta-saat-naik-haji.html
0 comments:
Post a Comment