Semarang, KMNU Undip
Allah menciptakan manusia dari berbagai suku agar saling mengenal satu sama lain. Pernyataan ini disampaikan oleh Kiai Abdul Jamil saat mengisi ceramah dalam acara Undip Bersholawat, Rabu (26/10/2022) di Masjid Diponegoro Kampus Undip Pleburan, Semarang.
Dirinya lantas mencontohkan sosok nabi Muhammad yang dikenal dan disegani oleh banyak kabilah karena sifat adil dan amanahnya. Hal ini tergambar saat peristiwa peletakan hajar aswad. Semua kabilah saling berebut untuk memasangkannya karena merasa golongannya yang paling terhormat di antara yang lain.
Akhirnya, lanjut Kiai Jamil, mereka mencari cara lain dan dicapai kesepakatan bahwa yang berhak memasangkannya adalah ia yang memasuki Mekkah paling awal esok hari.
“Ternyata orang itu nabi Muhammad. Mengetahui pertikaian itu, nabi lalu membentangkan sorbannya. Tiap kabilah diminta memegang ujung sorban di mana hajar awad diletakkan di tengah-tengahnya. Ini win win solution, tidak ada yang merasa menjadi superior dan yang paling kalah,” terang Kiai Jamil.
Kiai Jamil lantas mengutip pernyataan Napoleon Bonaparte yang mengatakan bahwa nabi Muhammad is a great man. Sebab, hanya perlu 15 tahun saja bagi nabi Muhammad untuk menyebarkan islam sampai ke luar jazirah Arab, seperti: Andalusia, Gujarat, bahkan Indonesia.
Dalam buku 100: A Ranking of The Most Influental People in the World, disebutkan Kiai Jamil, buku karangan Michael H. Hart itu menempatkan nabi Muhammad di urutan pertama orang paling berpengaruh se-dunia.
“Michael H. Hart orang katolik, tapi dalam buku karangannya 100 orang paling berpengaruh terhadap peradaban dunia, dia menempatkan Muhammad di urutan pertama,” pungkas Kiai Jamil.
Acara yang digelar dalam rangka memperingati
Harlah KMNU Undip ke-8, Dies Natalis Universitas Diponegoro ke-65, serta Hari
Santri Nasional 2022 tersebut juga dihadiri oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia
(MUI) Provinsi Jawa Tengah KH. Amin Sholeh, Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Walisongo Semarang Prof. Imn Taufiq, serta sejumlah guru besar
Universitas Dipoenegoro lainnya.
Reporter: Ida Maulida
Penulis: Diana Putri Maulida
0 comments:
Post a Comment