Biografi Pahlawan di Mata Uang 5.000
Artikel Ini akan mengisahkan biografi dari seorang tokoh pahlawan yang sudah tidak asing bagi kita. wajahnya pun saat ini diabadikan disalah satu mata uang indonesia yaitu pada mata uang 5.000 Rupiah. Penasaran lebih jauh mengenai orangnya? yuk kita simak!
Pahlawan yang akan kita bahas bernama Idham Chalid. Beliau telah resmi di sahkan menjadi pahlawan Nasional di tanggal 7 November 2011 berdasarkan Keppres No. 113/TK/Tahun 2011 Idham Chalis dikenal sebagai salah satu kiai manshur Nahdlatul Ulama (NU) yang pernah menjabat sebagai ketua Kedua Nahdlatul Ulama. Beliau juga dikenal karena jasanya sebagai sosok sentral dalam gerakan mempertahankan Kalimantan menjadi kaum intelektual.
Lelaki tangguh ini lahir pada 27 Agustus 1921 bertempat di salah satu daerah di kalimantan Selatan bernama Satui. Idham Chalis belajar agama dari sang ayah yang bernama H. Muhammad Chalid. Beliau mengenyam pendidikan di sekolah rakyat dan tamat sd pada tahun 1935. Setelah tamat dari SD beliau melanjutkan pendidikannya di Madrasah Al Rasyidiyyah. Tentunya beliau belajar banyak hal di sekolah mulai dari belajar ilmu Islam, pengetahuan umum, bahasa Arab, dan bahasa Inggris.
Di tahun 1938, Idham Chalid remaja melanjutkan sekolahnya ke salah satu pondok ternama yaitu Pondok Pesantren Modern Gontor yang bertempat di Ponorogo. Tidak membutuhkan waktu yang lama Idham Chalid mampu menyelesaikan pendidikan di pondok selama 5 tahun. itu , merupakan waktu yang cukup singkat dibandingkat teman-temannya yang biasanya menyelesaikan pendidikan selama 8 tahun. Setelah lulus dari Gontor, beliau melanjutkan pendidikan di Jakarta pada 1943. Setelah satu tahun berada di Jakarta, Chalid kembali ke Gontor. Di sana ia mengajar dan menjadi seorang wakil direktur.
Setelah menjadi pengajar dan wakil direktur gontor, Chalid memutuskan untuk kembali ke Amuntai di tahun 1945 karena beliau diamanahi untuk menjadi Kepala Madrasah Al Rasyidiyyah. Selama menjabat, tentunya beliau telah melakukan beberapa perubahan seperti mengubah nama madrasah tersebut menjadi Normal Islam Amuntai. Tak hanya diam, Idham Chalid juga sempat membentuk ikatan sekolah Islam atau Ittihad Al-Ma'ahid Al Islamiyyah yang akhirnya membawa Idham Chalid mulai mengibarkan sayapnya berkiprah di bidang politik.
Idham Chalid memulai perjalanan politiknya melalui Partai Masyumi dan menjawab sebagai seorang anggota DPR. Saat itu, Idham Chalid diutus untuk mempersiapkan pengelolaan haji tahun 1950 yang membuahkan hasil memuaskan karena mampu menggratiskan bea masuk jemaah haji asal Indonesia. Pada 1952, Beliau diangkat menjadi Ketua PB Ma'arif, organisasi NU yang bergerak di bidang pendidikan. Masih di tahun yang sama, ia juga diangkat menjadi sekretaris jenderal partai. Dua tahun setelahnya, Idham Chalid dipercaya menjadi wakil ketua di NU.
Pada masa pemilu tahun 1955, Idham Chalid menjabat sebagai Ketua Lajnah Pemilihan Umum NU. Dimasa hidupnya beliau pernah menjabat sebagai wakil perdana menteri pada kabinet Djuanda ingga dekrit presiden 1959. Idham Chalid wafat pada 11 Juli 2010, setelah 10 tahun mengidap penyakit stroke. Jasadnya dikebumikan di halaman Komples Pondok Pesantren Darul Qur'an di Cisarua, Bogor.
by : Krisnanti Meylian Permata Agustin
0 comments:
Post a Comment