(Gambar: Abu Nawas rutin berdoa setiap malam agar bisa berjodoh dengan wanita impiannya)
PRAKTIK DIPLOMASI JODOH ALA ABU NAWAS
Oleh: Diana Putri Maulida
Abu Ali Al Hasan Ibn Hani Al-Hakami atau lebih dikenal dengan Abu Nawas, merupakan salah satu penyair sastra Arab klasik terbesar. Sosok yang lahir di Kota Ahvas negeri Persia tahun 756 M ini, dikenal bijaksana sekaligus kocak. Bagaimana tidak? Tingkahnya kerap kali aneh dan membingungkan menurut kebanyakan orang. Bahkan di hadapan raja Harun Ar-Rasyid pun, ia sering mengumbar janji untuk melakukan sesuatu yang mana sangat mustahil untuk dikerjakan, seperti: membangun istana di khayangan, memindahkan istana raja ke bukit, dan kisah lainnya lagi.
Dari 1001 kisah Abu Nawas, ada satu kisah yang paling menarik yaitu tentang do`a yang ia rapalkan untuk mendapat jodoh. Hal tersebut bermula dari pertemuaannya dengan seorang gadis yang dikisahkan sangat cantik jelita. Bukan hanya fisik, ternyata ia merupakan seorang yang cerdas dan ahli ibadah. Sang pujangga pun sangat berambisi untuk memperistrinya.
Dikisahkan pada suatu malam, setelah melaksanakan sholat, ia berdo`a kepada Allah SWT agar didekatkan dengan gadis pujaan untuk menjadi pasangannya kelak.
“Ya Allah, jika fulanah itu adalah wanita yang terbaik untukku, maka dekatkanlah. Namun, jika menurut-Mu tidak baik untukku, maka kumohon ya Allah, pertimbangkan lagi,” hampir setiap selesai sholat lima waktu, ia merapalkan do`a yang sama lengkap dengan nama gadis tersebut. Namun, belum ada tanda yang menyebutkan bahwa do`anya akan terkabul. Tetapi, ia tak menyerah dan yakin bahwa suatu hari Allah akan mengabulkannya.
Berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan telah terlewati. Hingga akhirnya, ia merasa ada yang salah dari do`a yang dirapalkannya selama ini. Dalam perenungannya, ia berpikir mungkin sebab dari terhalangnya do`a tersebut, karena kurangnya rasa pasrah atas pilihan jodohnya. Setelah merenung beberapa saat, ia pun memutuskan untuk mengubah kalimat do`anya.
“Ya Allah, berikanlah istri yang terbaik untukku,” pintanya. Kali ini, ia sama sekali tak menyebutkan nama gadis tersebut lagi. Sama seperti sebelumnya, kalimat yang sama dirapalkan setiap selesai sholat lima waktu. Tapi nihil, berbulan-bulan ia tetap saja belum dipertemukan dengan gadis tersebut atau wanita yang mau diperistri olehnya. Alhasil, tak kehabisan akal, ia mengubah strateginya dalam berdo`a meminta jodoh. Abu Nawas memang pujangga yang cerdas. Kali ini, ia berusaha sedikit `diplomatis` pada Allah. Dengan sedikit memaksa, akhirnya kalimat do`anya pun berubah kembali.
“Ya Allah, aku mohon. Kini aku tidak meminta jodoh untuk kepentinganku sendiri. Aku memiliki seorang ibu yang amat aku sayangi dan beliau sudah tua. Aku hanya meminta Engkau memberikan gadis untuk ibuku itu untuk menjadi menantunya,” mohonnya. “Sekali lagi, do`a ini bukan untukku ya Allah,” tutupnya seakan berusaha meyakinkan Allah.
Dasar Abu Nawas, nama ibunya pun ia bawa-bawa. Padahal, jelas saja Allah Maha Tahu, bahwa permintaannya itu tetap saja untuk dirinya sendiri. Akan tetapi, mungkin karena kesabaran serta keikhlasannya dalam berdo`a, beberapa waktu kemudian Allah menjawab do`anya. Ia dipertemukan dengan gadis idamannya selama ini.
Tanpa banyak bicara lagi, ia langsung meminang gadis tersebut untuk dijadikan istri. Abu Nawas sangat bahagia dan bersyukur, sungguh ia sangat beruntung sekali. Dikisahkan, keluarganya berjalan sakinah, mawaddah, wa rahmah. Pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah ini adalah jangan pernah lelah untuk berdo`a pada Allah. Karena Ia pasti mengabulkan do`a-do`a hambanya di waktu yang tepat. Bahkan, di luar yang kita duga-duga.
0 comments:
Post a Comment