Animasi Logo NU

  • Terkini!

    March 28, 2016

    Ngaji Kitab - Rutinan KMNU Undip 26 Maret 2016




    Sabtu 26 Maret 2016, Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Undip kembali melaksanakan kegiatan rutinan. Rangkaian rutinannya yaitu pembacaan tahlil, maulid Al-barzanjiy, dan kajian kitab. Rutinan ini dimulai pada pukul 06.30 WIB dengan pembacaan tahlil yang dipimpin oleh Fathrurrozi. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Maulid Al-Barzanjiy sampai pukul 07.50 WIB. Setelah itu jama’ah bersiap-siap untuk mengikuti kajian kitab yang dipimpin oleh Habib Amin Al-Athos.  Kajian ini dimulai sekitar pukul 08.00 WIB ketika Habib Amin datang di Masjid Baitul Muttaqin yang menjadi lokasi rutinan. Setelah membaca doa pembuka majelis, Habib Amin menjelaskan adab-adab orang yang mencari ilmu. Kemudian dilanjutkan dengan membacakan kitab Khulasoh Nurul Yaqin yang berbahasa Arab disertai dengan syarah atau penjelasan. Adapun kitab Khulasoh Nurul Yaqin ini berisi seputar sejarah Nabi Muhammad SAW. Berikut adalah ringkasan materi dari kajian  pada 26 Maret 2016.


    Adab-Adab Orang yang Mencari Ilmu
    Dalam kitab Amaliyyah Yaumiyyah dijelaskan bahwa apabila seseorang datang ke suatu majelis ilmu maka disebut Tholibul Ilmi, dan hendaknya seorang Tholibul Ilmi memenuhi hak-hak yang ada di dalamnya, di antaranya:
    1.        Mulai dengan niat untuk ngaji atau belajar dengan niat sebagai berikut:
    نويت التعلم والتعليم. والتذكر والتذكير. والنفع والانتفاع. والافادة والاستفادة. والحث على التمسك بكتاب الله وسنة رسوله. والدعاء الى الهدى. والدلالة على الخير. ابتغاء مرضاته وقربه وثوابه.
    2.        Membaca basmalahبسم الله الرحمن الرحيم
    3.        Mempunyai wudhu.
    “Dan tidaklah engkau duduk di dalam majlis ilmu kecuali engkau memiliki wudhu”
    4.        Kalau bisa, menghadap ke kiblat sewaktu mengaji. Karena menghadap kiblat dan mempunyai wudhu termasuk cara agar mudah mendapatkan kepahaman.
    Istiqomah lebih baik dari pada seribu karomah. Dikatakan istiqomah lebih baik dari pada seribu karomah (kemuliaan) karena istiqomah tidaklah mudah.
    5.        Duduk dengan adab dan tenang.
    Sayyidina Syaikh Abu Bakar bin Salim seorang waliyullah, beliau selama empat puluh tahun belajar dengan gurunya selalu duduk dalam posisi duduk tasyahud akhir. Beliau selama belajar empat puluh tahun tidak pernah duduk dengan bersila. Beliau mengatakan “Beginilah duduknya hamba kepada Tuhannya”.
    6.        Jangan menyibukkan diri dengan segala sesuatu yang menyia-nyiakan.
    Contoh membolak-balik kitab atau membaca halaman yang bukan sedang dipelajari saat itu.
    7.        Tidak mengajak bicara orang yang ada di sampingnya.
    Kecuali jika ingin bertanya catatan yang terlewatkan, bukan bertanya yang tidak dipahami. Karena kalau bertanya yang tidak dipahami dan orang yang ada di sampingnya menjelaskan malah akhirnya orang itu tidak mendapatkan ilmu yang saat itu dijelaskan oleh gurunya.
    8.        Tidak menyibukkan dengan mutholaah (mempelajari), karena saat ta’lim (ngaji) adalah waktunya untuk belajar bukan mempelajari yang sudah dipelajari atau yang akan dipelajari.
    9.        Hendaknya tidak menulis ketika gurunya sedang menerangkan.
    10.    Hendaknya kita memuliakan dan mengagungkan seorang guru karena kebaikan adalah pinjaman.
    Kaidah kebaikan adalah pinjaman tidak hanya berlaku kepada guru kita, tetapi kepada juga siapa saja. Yang namanya pinjaman suatu saat pasti akan dikembalikan. Jika yang mengembalikan bukan orang yang kita baiki maka Allah yang akan menjadikan orang lain baik kepada kita.
    Maksudnya bila kita pernah berbuat kebaikan misalnya menolong orang lain, maka suatu saat Allah akan mengembalikan kebaikan itu ketika kita sedang butuh pertolongan, Allah akan menggerakkan hati orang lain untk menolong kita.
    Tidak hanya kebaikan, tetapi keburukan juga pinjaman. Jika kita pernah berbuat buruk kepada orang lain, suatu saat orang lain akan berbuat buruk kepada kita. Olah karena itu jangan sampai kita berbuat keburukan kepada orang lain, termasuk berburuk sangka kepada orang lain. Karena berbaik sangka kepada orang lain lebih baik dari segala-galanya, walaupun orang tersebut benar-benar mau berbuat tidak baik.
    11.    Orang yang menghormati dan beradab kepada gurunya akan dipanjangkan umurnya. Jangan melupakan guru-guru kita, terus menjalin komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung atau melalui telepon.
    12.    Menyampaikan pertanyaan dengan adab. Jangan terlalu keras apalagi memotong penjelasan guru kita, pun jangan terlalu pelan sehingga guru kita sulit mendengar pertanyaan kita.
    13.    Kembali kepada kebaikan.
    14.    Berjalan sebagaimana guru berjalan.
    15.    Tidak fanatik, walaupun apa yang disampaikan guru salah. saat mau menyanggah hendaknya sampaikan dengan sopan santun.
    16.    Beradab kepada semua teman.
    17.    Janganlah merasa paling hebat (‘ujub) .
    18.    Merendahkan diri (tawadlu’), karena orang yang tawadlu’ akan diangkat derajatnya oleh Allah dan akan dicintai oleh sesamanya. Berbeda dengan orang yang sombong yang mana akan dibenci dan berkurang kedudukannya, baik di sisi manusia maupun di sisi Allah.
    19.    Selalu menyiapkan bolpoin dan buku untuk mencatat hal-hal yang penting, karena ilmu itu ibarat binatang buruan dan catatan adalah pengikatnya.
    20.    Menghafal materi yang diajarkan.
    21.    Tidak menolak saat ada teman yang minta materi serta tidak hasud (iri) jika orang tersebut nantinya menjadi lebih pandai dibandingkan diri sendiri.
    22.    Saat selesai, hendaknya membaca doa, contohnya do’a kafarotul majlis.

    Khulashoh Nurul Yaqin – Wafatnya Ibunda Nabi Muhammad & Pengasuhan Beliau
    Ibunda Nabi, Sayyidatina Aminah wafat saat umur Nabi 6 Tahun. Beliau wafat di perjalanan pulang dari madinah setelah berziarah ke makamnya Ayah Nabi, Abdullah bin Abdul Mutholib, dalam riwayat lain ada yang mengatakan berkunjung ke keluarga dari Ibunda beliau. Setelah wafatnya Sang Ibunda, Nabi diasuh oleh kakek beliau, Abdul Mutholib. Di dalam riwayat lain disebutkan bahwa sebelum Nabi SAW diasuh oleh Abdul Mutholib, Nabi SAW sempat diasuh oleh Ummu Ayman, pembantu Ayah Nabi SAW, dan dialah yang kembali ke Makkah bersama Nabi. Ibunda Nabi dimakamkan di desa Abwa’, sebuah desa yang terletak di antara kota Makkah Mukarromah dan kota Madinah Munawwaroh.

    Khulashoh Nurul Yaqin – Pendidikan Nabi & Wafatnya Kakek Beliau
    Setelah wafatnya ibunda Nabi, maka Abdul Mutholib yang mengasuh Nabi SAW. Kecintaan Abdul Mutholib kepada Nabi SAW melebihi kecintaanya kepada anak-anaknya. Namun hal ini berlangsung tak lama, karena Abdul Mutholib meinggal dunia setelah mengasuh Nabi SAW selama 2 tahun.
    Setelah itu Nabi berada dalam asuhan pamannya, yaitu Abu Tholib. Padahal keadaan Abu Tholib pada saat itu adalah seorang miskin yang tidak punya apa-apa. Tapi karena keikhlasannya mengasuh Nabi, maka Allah meluaskan rizkinya. Hal ini menjadi contoh kebaikan yang diterima oleh Abu Tholib Karena mengasuh seorang rosul yang juga merupakan seorang yatim. Selama dalam pengasuhan pamannya, Nabi selalu bersifat Qona’ah dengan semua yang dibagikan untuk Beliau, dan semua yang dimudahkan oleh Allah SWT.
    Sebagai umat Nabi SAW, hendaknya kita juga ikut menjaga dan mengasuh Nabi SAW. Tapi karena Nabi sudah wafat, maka yang bisa kita jaga dan asuh adalah akhlak, syari’at, dan perjuangan Nabi SAW, maka niscaya Allah juga akan melapangkan rizki kita.

    • Google Comments
    • Facebook Comments

    0 comments:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Ngaji Kitab - Rutinan KMNU Undip 26 Maret 2016 Rating: 5 Reviewed By: Situs Resmi KMNU Undip
    Scroll to Top