Rasulullah
seusai menjalani sebuah peperangan ditanya oleh salah seorang sahabat tentang
jihad terbesar. Kepada pengikut setianya tersebut beliau menjelaskan bahwa
jihad terbesar adalah jihad melawan hawa nafsu. Perang melawan musuh sangat
berat dengan risiko kematian, tetapi perang melawan hawa nafsu lebih berat lagi
karena melawan diri sendiri. Apa yang disampaikan Rasulullah tersebut merupakan
cerminan tantangan yang dihadapi umat Islam hingga saat ini. Tantangan dalam
mengendalikan hawa nafsunya, hawa nafsu untuk berkuasa tanpa batas, hawa nafsu
untuk mengumpulkan harta dengan segala cara, hawa nafsu untuk mencapai segala
sesuatu dengan jalan pintas, dan lainnya.
Kondisi
inilah yang kini dialami oleh bangsa Indonesia. Perjuangan memperebutkan
kemerdekaan Indonesia bukanlah hal yang mudah. Seluruh komponen bangsa
terlibat dan bahu membahu mengusir penjajah, termasuk kalangan pesantren. Upaya
tersebut tidak sia-sia dengan dideklarasikannya proklamasi kemerdekaan
Indonesia pada 17 Agustus 1945, 71 tahun yang lalu. Kemerdekaan tersebut
sekaligus menandai babak baru perjalanan sebuah negara baru bernama Indonesia.
Jika sebelumnya kompak mengusir penjajah, lalu masing-masing kelompok berusaha
mendominasi yang lain. Bahkan mulai banyak yang berusaha mengambil manfaat
secara pribadi, padahal para pejuang rela mengorbankan nyawanya demi sebuah
kemerdekaan.
Hingga kini
perjuangan melawan nafsu dari masing-masing individu bangsa Indonesia inilah
yang paling berat. Persoalan terbesar yang menghambat upaya untuk
mensejahterakan rakyat adalah korupsi. Para koruptor mengeruk harta rakyat
untuk kepentingan diri dan keluarganya, sementara jutaan rakyat lain harus
hidup dalam kemiskinan. Apa saja berusaha untuk dikorupsi, termasuk beras
subsidi untuk orang miskin. Negara sudah berusaha memberi gaji yang memadai
untuk para abdi negara agar mereka tidak terjerat korupsi jika gaji sudah
mencukupi untuk kebutuhan hidup, tapi tak ada kata cukup untuk keserakahan.
Persoalannya bukan lagi soal kebutuhan hidup tetapi soal gaya hidup. Dan, kita
tahu tak ada batasan untuk pemenuhan gaya hidup. Mereka ingin selalu ingin
memiliki yang terbaik, terbaru, termewah, dan ter..ter... yang lain, sekalipun
harus membebankan ongkosnya pada pihak lain.
Semua orang
tahu bahwa korupsi ini jelek, mereka berteriak membenci dan mengutuk korupsi.
Tapi korupsi tak berkurang. KPK telah menangkap ratusan orang dan
memenjarakannya atas tindakan korupsi yang dilakukannya, tetapi seolah-olah,
satu koruptor ditangkap, seribu koruptor lainnya tumbuh. Persoalannya sudah
sedemikian kompleks. Koruptor ada di segala lini, dari para pembuat hukum
sampai dengan penegak hukum. Masyarakat kehilangan kepercayaan bahwa
penyelenggara negara menjalankan amanah yang dipercayakan kepadanya.
Membangun
sebuah sistem yang baik untuk mencegah korupsi merupakan hal sangat penting,
tetapi itu tidak cukup. Membangun karakter bangsa juga tak dapat diabaikan.
Inilah dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan. Selama ini pembangunan di
Indonesia lebih ditekankan pada pembangunan fisik sedangkan aspek psikis
cenderung diabaikan. Akibatnya, banyak anak bangsa yang menekankan
keberhasilan-keberhasilan fisik, kesuksesan adalah memiliki mobil mewah, rumah
besar, dan sejenisnya, kalau perlu mengorbankan integritas dia sebagai manusia
demi memenuhi hawa nafsunya. Korupsi adalah salah satunya.
Merubah
budaya bangsa salah satunya dengan melalui pendidikan sejak dini. Pendidikan
karakter, pendidikan moral, pendidikan budi pekerti merupakan beberapa istilah
yang digunakan untuk mendidik aspek batin bangsa Indonesia. Pendidikan ini
sifatnya abstrak, hasilnya baru diketahui dalam jangka panjang. Tapi jika
berhasil, Indonesia akan menjadi bangsa besar. Kemajuan Islam juga cermin dari
keberhasilan Rasulullah dalam merubah karakter, merubah akhlak, merubah budi
pekerti bangsa Arab dari bangsa jahiliyah menjadi bangsa yang beradab. Kini
sudah saatnya bangsa Indonesia memperhatikan dan mendidik karakternya, untuk
memerdekakan diri dari belenggu hawa nafsu.
Sumber : (Mukafi Niam/NU Online)
0 comments:
Post a Comment