Animasi Logo NU

  • Terkini!

    April 17, 2022

    KULTUM RAMADHAN: PENTINGNYA SEORANG MUSLIM MENUNTUT ILMU

     

    Poster Kultum Ramdhan Kedua dengan Pemateri M. Syaefudien Bahry (Sumber: KMNU Undip)


    Belakangan ini, definisi jihad sudah terdeferensiasi. Artinya sarat definisi yang mengkonotasikan bahkan menggeser dari makna jihad sesungguhnya. Banyak sekali definisi jihad dalam kehidupan sehari-hari, seperti jihad mencari ilmu, jihad seorang ibu menyusui dan mendidik anaknya, mempertahankan agama islam dengan cara belajar, dan Jihad fi sabilillah. Artikel ini akan mengulas pentingnya organisasi kemahasiswaan dalam memegang prinsip jihad fi sabilillah.  Contohnya ialah Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Universitas Diponegoro yang notabenenya merupakan organisasi keagamaan tingkat kampus. Sebagai organisasi yang berasaskan kekeluargaan, KMNU hadir untuk mewadahi mahasiswa muslim mempelajari beragam ilmu pengetahuan baik yang sifatnya teoritis bahkan dominan aplikatif.

    Kang Syaefudien dalam Kuliah Tujuh Menit (Kultum)nya megajak audiens melihat kilas balik atau meneropong sejarah beberapa filusuf besar. Selama ini, ilmuwan atau filusuf yang kita kenal berasal dari kalangan barat. Sejatinya, jauh sebelum itu, ilmuwan muslim telah memberikan banyak sumbangsih kepada ilmu pengetahan dan peradaban. Contohnya Al-Khawrizmi sebagai penemu angka nol, Ibnu Sina yang dijuluki bapak kedokteran, dan masih banyak ilmuwan muslim lain.

    Diawali dari masa diangkatnya Nabi Muhammad SAW menjadi rasul. Ketika berusia 40 tahun, beliau bertemu dengan malaikat Jibril yang menyampaikan wahyu pertama, yaitu Surat Al-‘Alaq ayat 1-5. Wahyu inilah yang menjadi tonggak perubahan peradaban dunia khususnya bidang ilmu pengetahuan. Sebab, ayat tersebut sebagai isyarat sekaligus perintah kepada baginda nabi untuk “membaca”. Ketika Nabi wafat, estafet kepemimpinan kemudian dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin. Mereka “mengganti”kan nabi sekaligus mempertahankan apa saja yang telah diwariskannya, termasuk di dalamnya berupa ilmu pengetahuan. Sekarang, diteruskan oleh para ulama` sebagaimana termaktub pada sebuah maqolahAl-Ulama` Waratsatul Anbiya` yang berarti ulama adalah pewaris para nabi.

    Dasar untuk jihad mencari ilmu sendiri itu dapat dihukumi fardhu ain bagi semua umat islam dalam mempelajari agama islam. Berhukum fardhu kifayah, jika tidak ada muslim yang menuntut ilmu di bidang tersebut, sehingga seorang muslim lainnya wajib untuk mempelajarinya.

    Sumbangsih islam dalam ilmu pengetahuan sendiri cukup signifikan. Di zaman Bani Abbasiyah, banyak peradaban yang dibangun seperti  adanya 4 madzhab dan di Indonesia sendiri menganut madzhab Imam Syafi’i.  Di zaman Bani Umayyah  dibagun instansi yang mendukung untuk belajar, seperti perpustakaan dan beberapa teknologi. Termasuk di Makkah dibuat sebuah sumur untuk air zam-zam. Kemudian, di masa khalifah Al-Ma’mun muncullah 1 golongan yang menjadi tentara nasionalis, sehingga hukumnya untuk menjalankan syariat Islam disesuaikan dengan aqliyah dan pada saat itu juga dibangun universitas. Islam juga pernah mengalami masa kejaayaan saat zaman kesultanan  Ottoman. Hal tersebut terbukti dengan perluasan wilayah Islam hingga Eropa.

    Selanjutnya, pemateri kultum menegaskan kembali tentang makna jihad yang sesungguhnya. Dirinya mengatakan yaitu dengan belajar ilmu umum dan ilmu agama dengan giat. Kang Syaefudien juga mengingatkan bahwa tidak perlu jihad dengan cara perang atau hal yang dapat membahayakan diri. Sikap kita sebagai seorang anggota organisisi di KMNU, cukup memiliki kegiatan yang jelas. Mulai dari kegiatan keislaman dan belajar riset untuk memberikan sumbangsih terhadap kemajuan Islam. Di akhir kultum, ia memaparkan 3 sikap yang harus dimiliki dalam menuntut ilmu yang termuat dalam kitab ta’lim muta’alim. Ketiganya adalah belajar sungguh-sungguh dan serius, belajar secara terus-menerus serta komitmen. Seperti halnya kisah Mbah Hasyim Asy’ari ketika belajar pada Mbah Kholil Bangkalan dan masih banyak lagi kisah ulama’ sebagai role model dalam peradaban ilmu pengetahuan.

     

    Penceramah:  Kang M. Syaifudien Bahry, S.Kel., M.Si.

    Penulis: Divisi Amaliah, Kajian, dan Dakwah (ADK) KMNU Undip

    Editor: Vida Atiatul Izza dan Diana Putri Maulida


    • Google Comments
    • Facebook Comments

    0 comments:

    Post a Comment

    Item Reviewed: KULTUM RAMADHAN: PENTINGNYA SEORANG MUSLIM MENUNTUT ILMU Rating: 5 Reviewed By: Situs Resmi KMNU Undip
    Scroll to Top