Animasi Logo NU

  • Terkini!

    June 8, 2016

    NGAJI TAFSIR JALALAIN BERSAMA MAULANA AL HABIB LUTHFI BIN YAHYA (BAG. 2)

    Maulana Habib Luthfi bin Yahya dalam pengajian Ramadhan Tafsir Jalalain (Selasa, 7/6/2016), mengingatkan tentang pentingnya memahami ilmu tauhid sebagai dasar mengkaji tafsir al-Quran. Salah satu faktor kelemahan pesantren biasanya terletak pada minimnya bahasan ilmu tauhid, masih terbatas hanya pada sifat wajib, jaiz dan mustahil, sifat-sifat yang jumlahnya 50 (Aqaid al-Khamsin). Padahal kita dihadapkan pada tafsiran-tafsiran al-Quran yang lebih condong dzahiriyah (tekstualis) dari aliran selain Ahlussunnah wal Jama'ah.

    Lanjutan Tafsir Ayat Kursi
    Pengajian Tafsir al-Quran hari ke-2 melanjutkan kembali diskusi dengan membahas Ayat Kursiy (ayat 225 surat al-Baqarah). Untuk memperdalam Ayat Kursiy dibaca berbagai keterangan, dari Tafsir asy-Sya'rawi, ar-Razi, dan untuk menjelaskan sirr (rahasia-rahasia) Ayat Kursi Habib Luthfi menyuruh para santri untuk membaca kitab Khazinat al-Asrar.
    Maulana Habib Luthfi menjelaskan kenapa pembahasan ayat ini diulang kembali, karena banyak sekali paham dan aliran yang salah memahami ayat-ayat ini. Seolah ayat ini mengamini argumen mereka bahwa Allah membutuhkan tempat, seperti Arsy, Kursiy, dll. Padahal ayat-ayat terkait dengan Kursiy, Arsy, dll. adalah untuk menunjukan keagungan Allah Swt. Bahwa makhlukNya saja begitu agung, seperti Kursiy besarnya meliputi langit dan bumi. Bahkan digambarkan dimensi semesta ini jika dibandingkan seperti debu dalam sebuah tameng.
    Mustahil Allah membutuhkan tempat. Namun jaiz (boleh-boleh saja) Allah Swt. menamakan makhluk-makhlukNya yang agung dengan semisal Baitullah (rumah Allah), Arsy dan Kursiy. Tapi tetap saja jika dibandingkan dengan keagungan Baginda Nabi Saw., jauh melampaui Arsy dan Kursiy. Maka sebetulnya hadits tentang penciptaan Nur Muhammad cukup sebagai jawaban atas Tafsir Ayat Kursiy.
    Mengomentari keterangan bahwa jarak antara Kursiy dan Arsy perjalanan 500 ribu tahun, Maulana Habib Luthfi menjelaskan kisah Syaikh Daqiq al-Ied dan Sulthanul Ulama Izzuddin bin Abdissalam yang ingkar terhadap Sayyidi asy-Syaikh Ahmad al-Badawi. Mereka ingkar atas Syaikh Ahmad al-Badawi karena nampak tidak pernah shalat Jum'at, padahal rumahnya persis di depan masjid.
    Padahal siapa yang tidak kenal dengan kebesaran Syaikh Daqiq al-Ied dan Syaikh Izzuddin bin Abdissalam, dalam bidang fiqih merekalah pakarnya. Karena ingkar atas Syaikh Ahmad al-Badawi itulah akhirnya Syaikh Daqiq dijewer dan dilempar oleh Syaikh Ahmad an-Nawawi ke suatu alam/tempat bernama Dar al-Baidha. Sebuah tempat yang dikhususkan Allah Swt. untuk didiami oleh para hambaNya terpilih, para wali-waliNya. Selain Dar al-Baidha, ada juga tempat bernama Jabal Qaf. Jabal Qaf ini masih di bumi dekat dengan kutub Utara, tempatnya para malaikat dan muqarrabin beribadah kepada Allah.
    Syaikh Daqiq merasa kebingungan saat mau pulang. Tiba-tiba ada yang mengatakan kepadanya, "Tunggu hari Jum'at, ikutlah berjamaah shalat Jum'at." Setelah tiba hari Jum'at dan beliau ikut berjamaah, ternyata yang menjadi imam shalat Jum'at adalah Syaikh Ahmad al-Badawi. Lalu beliau pun akhirnya meminta maaf dan minta dipulangkan.
    Jawab Syaikh Ahmad al-Badawi, "Sebenarnya jarak antara tempat ini dan rumahmu harus ditempuh selama 60 tahun perjalanan." Tapi kemudian Syaikh Ahmad al-Badawi menyuruh Syaikh Daqiq memegang ujung jubahnya, dan seketika sampailah Syaikh Daqiq al-Ied ke rumahnya.
    Kata Maulana Habib Luthfi, "Nah jarak 60 tahun ini adalah jarak yang dihitung dengan peredaran bulan dan matahari. Kalau jarak antara Kursiy dan Arsy itu dihitung dengan apa, bukankah matahari dan bulan ibarat debu dibanding keduanya? Jarak itu harus dihitung dengan hitungan cahaya. Sangat cepat! Lalu bagaimana lagi dengan Nur atau cahaya Rasulullah Saw.? Akal manapun takkan mampu menjangkaunya."
    Kemudian salah satu peserta ada yang bertanya terkait Ayat Kursiy yang dimulai dari ayat والهكم اله واحد. Maulana Habib Luthfi menjelaskan itu adalah susunan Ahli Asrar yang mengetahui rahasia huruf, seperti Syaikh Muhammad Haqqi an-Nazili, Syaikh Ahmad al-Buli, Syaikh Ahmad ad-Dairabi dan Syaikh Ahmad ad-Dardiri. Sebagian ulama mengatakan bahwa "Wa-ilahukum" adalah ismu (asma) al-a'dzam. Ada wali Allah yang diberi 5, 6, bahkan sampai 9 seperti Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Dan itulah wilayah kewaliannya. Terkadang ada seorang salik mencari syaikh futuh oleh gurunya ditunjukan kepada syaikh yang lain karena wilayah kewaliannya kelak di bawah kewalian wali futuhnya. Dan memiliki kesamaan dalam asma a'dzamnya.
    Lalu kenapa ada ayat yang memiliki sirr lebih tinggi dari ayat lainnya, hal itu diantaranya disebabkan oleh kandungan makna ayat itu. Semisal Ayat Kursiy, lebih tinggi sirrnya dibanding ayat lainnya karena Ayat Kursiy langsung menegaskan sifat-sifat mutlak Allah Swt. Dan ayat-ayat yang terkait dengan asma dan sifat Allah lebih tinggi daripada ayat-ayat yang membahas perihal hukum umat-umat terdahulu. Maulana Habib Luthfi lalu menjelaskan panjang lebar sirr dan gharaib yang dikandung dalam berbagai ayat.

    Kisah Belajarnya Nabi Ibrahim As.
    Kemudian pembahasan dilanjutkan pada ayat 260 surat al-Baqarah yang mengisahkan Nabi Ibrahim As. Di ayat 260-263 bukan berarti Nabi Ibrahim waswas atau ragu. Mustahil bagi para rasul memiliki sifat waswas. Melainkan ayat tersebut memiliki makna ziyadah, menambah kemantapan Nabi Ibrahim As. Nabi Ibrahim sedang belajar, dan yang mengajarinya adalah Allah Swt.
    Nabi Ibrahim melihat matahari, bulan dan bintang, untuk belajar agar mengetahui perbedaan makhluk dengan Tuhannya. Bahwa semua makhluk bersifat berubah yang berarti baru, bahkan surga sekalipun. Surga setiap detik bertambah keindahan dan kenikmatannya. Sedangkan sifat, dzat dan af'al Allah Swt. tidak bertambah ataupun berkurang. Adanya alam semesta ini sama sekali tidak menambah ataupun mengurangi keagunganNya. Pun dengan ibadah manusia siang dan malam, tahajjud, semua doa dan dzikir yang dibaca itu tidak akan menambah keagungan dan kesempurnaanNya sedikitpun.

    (Sumber: facebook Syaroni As-Samfuriy)
    • Google Comments
    • Facebook Comments

    0 comments:

    Post a Comment

    Item Reviewed: NGAJI TAFSIR JALALAIN BERSAMA MAULANA AL HABIB LUTHFI BIN YAHYA (BAG. 2) Rating: 5 Reviewed By: Situs Resmi KMNU Undip
    Scroll to Top