Animasi Logo NU

  • Terkini!

    March 15, 2016

    Kajian Kitab di Kegiatan Rutinan KMNU Undip 12 Maret 2016



    Mulai kepengurusan tahun 2016 ini, KMNU Undip menyelenggarakan kegiatan Kajian Kitab setiap Sabtu pagi. Kegiatan tersebut rutin diadakan di Masjid Baitul Muttaqin, Tembalang, Semarang. Masjid ini sengaja dipilih karena letaknya yang berdekatan dengan Kampus Undip Tembalang. Diharapkan dengan adanya penyelenggaraan kegiatan tersebut, mahasiswa umum juga tertarik dan ikut bergabung dalam kajian kitab. Kitab yang dikaji dan dipelajari adalah kitab Khulasoh Nurul Yaqin dan Adabuzzifaf yang dipimpin oleh Habib Amin Al-Athos dari Semarang. Kegiatan dimulai sekitar pukul 08.00 WIB ketika Habib Amin datang. Setelah membaca doa pembuka majlis, Habib Amin mulai membacakan kitab Khulasoh Nurul Yaqin yang berbahasa Arab disertai dengan syarah atau penjelasan. Adapun kitab Khulasoh Nurul Yaqin ini berisi seputar sejarah Nabi Muhammad SAW. Berikut adalah ringkasan materi dari kajian kitab Khulasoh Nurul Yaqin pada 12 Maret 2016.
    Tahun Kelahiran Nabi Muhammad SAW
    Tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW disebut sebagai Tahun Gajah, karena pada tahun tersebut Raja Habasyah mengirimkan pasukan atau bala tentaranya ke Negeri Makkah untuk menghancurkan Ka’bah, yang mana di dalam pasukan tersebut terdapat gajah-gajah yang sangat besar. Allah SWT kemudian menghancurkan pasukan tersebut dengan mengirimkan burung Ababil yang membawa batu dari neraka, seperti dijelaskan dalam surah Al Fiil. Allah menghancurkan pasukan gajah untuk memuliakan kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW.
    Hikmah yang dapat diambil dari peristiwa tersebut adalah bahwa Allah SWT tidak membiarkan terjadinya keributan di Kota Makkah karena akan dilahirkannya manusia mulia yakni Baginda Nabi Muhammad SAW. Allah SWT memuliakan hari kelahiran beliau dengan menjaganya dari pasukan gajah. Diibaratkan sebuah rumah sakit, di lingkungan rumah sakit tentunya kita dilarang gaduh dengan membuat keributan merokok dan sebagainya. Hal ini karena di tempat tersebut ada orang yang istimewa yakni orang yang sedang sakit. Begitu pula halnya dengan kota Makkah, Allah menjaganya dari kerusuhan untuk memuliakan kelahiran Makhluk paling mulia yakni Nabi Muhammad SAW.

    Masa Penyusuan Nabi Muhammad SAW
    Nabi Muhammad SAW pernah disusui oleh tiga wanita, yang pertama Ibunda beliau sayyidatina Aminah, kemudian Tsuwaibah Aslamiyah (budak perempuan Abu Lahab) dan yang terakhir  Halimatus Sa’diyah sampai umurnya empat tahun. Kemuliaan Nabi Muhammad SAW sudah terlihat sejak belia. Kemuliaan tersebut bahkan menyebar kepada orang-orang yang bersinggungan dengan beliau. Sebagai contoh, kebaikan yang datang kepara Tsuwaibah ketika memberikan kabar kelahiran Nabi Muhammad SAW kepada majikannya, Abu Lahab.
    Abu Lahab merupakan saudara laki-laki Ayahanda Nabi,  Abdullah. Ketika diberikan kabar oleh Tsuwaibah bahwa saudara laki-lakinya yakni Abdullah mempunyai anak laki-laki,  Abu Lahab begitu gembira. Saking bahagianya, Abu Lahab pun memerdekakan Tsuwaibah karena telah memberi kabar gembira tersebut.
    Kelahiran Nabi Muhammad SAW menjadi kebahagiaan dan kebanggan keluarganya, tidak terkecuali paman-pamannya. Kebahagiaan Abu Lahab ketika Nabi SAW lahir, tidak terlepas dari adat bangsa Arab pada zaman jahiliyah yang menganggap kelahiran anak laki-laki sebagai suatu kebanggaan. Berbeda dengan kelahiran anak perempuan yang tidak disambut dengan suka cita. Abu Lahab tidak mengetahui, bahwa kelak keponakannya itu akan menjadi musuhnya bersama orang-orang kafir.
    Lagi, kemuliaan Nabi Muhammad SAW menular kepada orang-orang di sekitarnya. Abu Lahab, seseorang yang kemudian dikenal sebagai salah seorang penentang Nabi Muhammad SAW ketika menyebarkan agama Islam, tetap mendapatkan kebaikan dari Nabi Muhammad SAW. Dalam suatu riwayat dari Sayyidina Abbas r.a, beliau menceritakan bahwa dalam suatu mimpi beliau melihat Abu Lahab. Di dalam mimpi tersebut, Abu Lahab berkata bahwa pada setiap hari Senin ia dibebaskan dari api neraka dan dari jemarinya keluar air yang kemudian bisa ia minum. Hal ini berkaitan dengan fakta bahwa hari Senin merupakan hari kelahiran Nabi SAW. Ini menjadi satu bukti bahwa  Allah memberikan kebaikan kepada siapapun yang cinta Nabi SAW dan yang berhubungan dengan Nabi SAW. Bahkan untuk Abu Lahab yang gembiranya hanya karena adat masyarakat jahiliyah.

    Nabi disusui oleh Halimatus Sa’diyah, seorang wanita dari Bani Sa’ad. Adat masyarakat Arab zaman dahulu percaya bahwa para perempuan Badui (pedesaan) mampu merawat anak-anak dengan sangat baik, sehingga mereka datang ke kota-kota seperti makkah untuk ‘mengambil’ anak atau bayi yang kemudian dirawat dan disusui. Mereka akan mendapatkan imbalan dari pekerjaan tersebut.
    Dalam kitab maulid Syaroful Anam diceritakan bahwa keledai yang ditunggangi oleh Halimatus Sa’diyah sangatlah kurus dan lambat, sehingga ia tertinggal dari rombongan saudara-saudaranya yang lain. Saudara-saudaranya sudah mendapatkan bayi yang akan disusui, sedangkan Halimatus Sa’diyah masih kebingungan dan berkeliling karena belum menemukan satu bayi pun untuk disusui. Hingga kemudian ia bertemu dengan kakek Nabi SAW yakni Abdul Mutholib. Kemudian ia menawarkan diri untuk menyusui bayi Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi sang kakek mengatakan bahwa bayi ini seorang anak yatim jadi tidak akan ada yang membayarnya. Tetapi kemudian Halimatus Sa’diyah dengan ikhlas menerima untuk menyusui bayi Nabi Muhammad SAW. Karena keikhlasan inilah ia mendapatkan kemuliaan, dan hingga sekarang ia dikenal oleh umat Islam seluruh dunia sebagai orang yang menyusui Nabi Muhammad SAW.
    Dalam perjalanan pulang ke desanya Halimah melihat cahaya yang menjulang tinggi saat ia membawa bayi Nabi Muhammad SAW. Keledainya yang tadinya berjalan sangat lambat menjadi begitu cepat, bahkan sampai mendahului rombongan yang telah pulang di awal. Selama di perjalanan Halimah melihat begitu banyak keistimewaan yang terjadi. Batu-batuan, tanaman dan binatang-binatang mengucapkan salam kepada Nabi. Bahkan pohon-pohon yang tadinya kering menjadi hijau dan mengeluarkan air. Tidak hanya berhenti di situ,  ketika Halimah menyusui bayi Nabi SAW, air susunya menjadi melimpah seperti wanita yang baru saja melahirkan. Padahal sebelumnya, Halimah susah menghasilkan asi karena keadaannya yang kurang asupan.
    Allah SWT telah menanamkan sifat adil dalam diri NabiSAW bahkan ketika masih bayi. Ketika Nabi SAW sedang disusui oleh Halimah di sebelah kiri dan akan dipindahkan ke sebelah kanan, bayi Nabi SAW enggan membuka mulutnya karena beliau mengetahui bahwa yang sebelah kanan untuk saudara sesusuannya yang lain. Keistimewaan lain yang terjadi yaitu ketika Halimah menyentuhkan tangan Nabi SAW ke kambingnya yang  sudah tidak bisa memproduksi susu. Dengan kemuliaan Nabi SAW, akhirnya kambing tersebut bisa menghasilkan susu yang berlimpah untuk mencukupi kebutuhannya bahkan bisa untuk dijual. Selain itu ketika NabiSAW menggembalakan kambing milik Halimah, Nabi SAW duduk di padang rumput yang kering, kemudian rumput-rumput tersebut menjadi hijau dan segar kembali. Sungguh hikmah yang sangat luar biasa, Subhanallah. (adi, naf, fak)

    • Google Comments
    • Facebook Comments

    0 comments:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Kajian Kitab di Kegiatan Rutinan KMNU Undip 12 Maret 2016 Rating: 5 Reviewed By: Situs Resmi KMNU Undip
    Scroll to Top