Mulai
kepengurusan tahun 2016 ini, KMNU Undip menyelenggarakan kegiatan
Kajian Kitab setiap Sabtu pagi. Kegiatan tersebut rutin diadakan di Masjid
Baitul Muttaqin, Tembalang, Semarang. Masjid ini sengaja dipilih karena
letaknya yang berdekatan dengan Kampus Undip Tembalang. Diharapkan dengan
adanya penyelenggaraan kegiatan tersebut, mahasiswa umum juga tertarik dan ikut
bergabung dalam kajian kitab. Kitab yang dikaji dan
dipelajari adalah kitab Khulasoh Nurul Yaqin dan Adabuzzifaf yang
dipimpin oleh Habib Amin Al-Athos dari Semarang. Kegiatan dimulai sekitar pukul
08.00 WIB ketika Habib Amin datang. Setelah membaca doa pembuka majlis, Habib
Amin mulai membacakan kitab Khulasoh Nurul Yaqin yang berbahasa Arab
disertai dengan syarah atau penjelasan. Adapun kitab Khulasoh Nurul
Yaqin ini berisi seputar sejarah Nabi Muhammad SAW. Berikut adalah
ringkasan materi dari kajian kitab Khulasoh Nurul Yaqin pada 12 Maret
2016.
Tahun Kelahiran Nabi Muhammad
SAW
Tahun kelahiran Nabi Muhammad
SAW disebut sebagai Tahun Gajah, karena pada tahun tersebut Raja Habasyah
mengirimkan pasukan atau bala tentaranya ke Negeri Makkah untuk menghancurkan
Ka’bah, yang mana di dalam pasukan tersebut terdapat gajah-gajah yang sangat
besar. Allah SWT kemudian menghancurkan pasukan tersebut dengan mengirimkan
burung Ababil yang membawa batu dari
neraka, seperti dijelaskan dalam
surah Al Fiil. Allah menghancurkan
pasukan gajah untuk memuliakan kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW.
Hikmah yang dapat diambil
dari peristiwa tersebut adalah bahwa Allah SWT tidak membiarkan terjadinya
keributan di Kota Makkah karena akan dilahirkannya manusia mulia yakni Baginda
Nabi Muhammad SAW. Allah SWT memuliakan hari kelahiran beliau dengan menjaganya
dari pasukan gajah. Diibaratkan sebuah rumah sakit, di lingkungan rumah sakit
tentunya kita dilarang gaduh dengan membuat keributan merokok
dan sebagainya. Hal ini karena di tempat tersebut ada orang
yang istimewa yakni orang yang sedang sakit. Begitu pula halnya dengan kota Makkah, Allah menjaganya dari
kerusuhan untuk memuliakan kelahiran Makhluk paling mulia yakni Nabi Muhammad SAW.
Masa Penyusuan Nabi Muhammad
SAW
Nabi Muhammad SAW pernah
disusui oleh tiga wanita, yang pertama Ibunda beliau sayyidatina Aminah,
kemudian Tsuwaibah Aslamiyah (budak perempuan Abu Lahab) dan yang terakhir Halimatus Sa’diyah sampai umurnya empat tahun.
Kemuliaan Nabi Muhammad SAW sudah terlihat sejak belia.
Kemuliaan tersebut bahkan menyebar kepada orang-orang yang bersinggungan dengan
beliau. Sebagai contoh, kebaikan yang datang kepara Tsuwaibah ketika memberikan
kabar kelahiran Nabi Muhammad SAW kepada majikannya, Abu Lahab.
Abu Lahab merupakan
saudara laki-laki Ayahanda Nabi, Abdullah.
Ketika diberikan kabar oleh Tsuwaibah bahwa saudara laki-lakinya yakni Abdullah
mempunyai anak laki-laki, Abu
Lahab begitu gembira. Saking bahagianya,
Abu Lahab pun memerdekakan Tsuwaibah karena telah memberi kabar gembira
tersebut.
Kelahiran Nabi Muhammad SAW menjadi kebahagiaan dan
kebanggan keluarganya, tidak terkecuali paman-pamannya. Kebahagiaan Abu Lahab
ketika Nabi SAW lahir, tidak terlepas dari adat bangsa Arab pada zaman
jahiliyah yang menganggap kelahiran anak laki-laki sebagai suatu kebanggaan.
Berbeda dengan kelahiran anak perempuan yang tidak disambut dengan suka cita.
Abu Lahab tidak mengetahui, bahwa kelak keponakannya itu akan menjadi musuhnya
bersama orang-orang kafir.
Lagi, kemuliaan Nabi Muhammad SAW menular kepada
orang-orang di sekitarnya. Abu Lahab, seseorang yang kemudian dikenal sebagai
salah seorang penentang Nabi Muhammad SAW ketika menyebarkan agama Islam, tetap
mendapatkan kebaikan dari Nabi Muhammad SAW. Dalam suatu riwayat dari Sayyidina Abbas r.a,
beliau menceritakan bahwa dalam suatu mimpi beliau melihat Abu Lahab. Di dalam
mimpi tersebut, Abu Lahab berkata bahwa pada setiap hari Senin ia dibebaskan
dari api neraka dan dari jemarinya keluar air yang kemudian bisa ia minum. Hal
ini berkaitan dengan fakta bahwa hari Senin merupakan hari kelahiran Nabi SAW. Ini menjadi satu bukti bahwa
Allah memberikan
kebaikan kepada siapapun yang cinta Nabi SAW
dan yang berhubungan dengan Nabi SAW. Bahkan untuk Abu Lahab yang
gembiranya hanya karena adat masyarakat jahiliyah.
Nabi disusui oleh Halimatus
Sa’diyah, seorang wanita dari Bani Sa’ad. Adat masyarakat Arab zaman
dahulu percaya bahwa para perempuan Badui (pedesaan) mampu merawat anak-anak
dengan sangat baik, sehingga mereka datang ke kota-kota seperti makkah untuk ‘mengambil’
anak atau bayi yang kemudian dirawat dan disusui. Mereka akan mendapatkan
imbalan dari pekerjaan tersebut.
Dalam kitab maulid Syaroful Anam diceritakan bahwa keledai
yang ditunggangi oleh Halimatus Sa’diyah sangatlah kurus dan lambat, sehingga ia tertinggal dari
rombongan saudara-saudaranya yang lain. Saudara-saudaranya sudah mendapatkan
bayi yang akan disusui, sedangkan Halimatus Sa’diyah masih
kebingungan dan berkeliling karena belum
menemukan satu bayi pun untuk disusui. Hingga kemudian ia
bertemu dengan kakek Nabi SAW yakni Abdul Mutholib.
Kemudian ia menawarkan diri untuk menyusui bayi Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi
sang kakek mengatakan bahwa bayi ini seorang anak yatim jadi tidak akan ada
yang membayarnya. Tetapi kemudian Halimatus
Sa’diyah dengan ikhlas menerima untuk menyusui bayi Nabi Muhammad SAW. Karena
keikhlasan inilah ia mendapatkan kemuliaan, dan hingga sekarang ia dikenal oleh
umat Islam seluruh dunia sebagai orang yang menyusui Nabi Muhammad SAW.
Dalam perjalanan pulang ke
desanya Halimah melihat cahaya yang menjulang tinggi saat ia membawa bayi Nabi Muhammad
SAW. Keledainya yang tadinya berjalan sangat lambat menjadi begitu cepat, bahkan sampai mendahului
rombongan yang telah pulang di awal. Selama di perjalanan Halimah melihat
begitu banyak keistimewaan yang terjadi. Batu-batuan, tanaman dan
binatang-binatang mengucapkan salam kepada Nabi. Bahkan pohon-pohon yang
tadinya kering menjadi hijau dan mengeluarkan air. Tidak hanya berhenti di situ,
ketika Halimah menyusui bayi Nabi SAW,
air susunya menjadi melimpah seperti wanita yang baru saja melahirkan. Padahal
sebelumnya, Halimah susah menghasilkan asi karena keadaannya yang kurang
asupan.
Allah SWT telah menanamkan
sifat adil dalam diri NabiSAW bahkan ketika masih bayi.
Ketika Nabi SAW sedang disusui oleh Halimah di sebelah kiri dan akan
dipindahkan ke sebelah kanan, bayi Nabi SAW enggan membuka mulutnya karena
beliau mengetahui bahwa yang sebelah kanan untuk saudara sesusuannya yang lain.
Keistimewaan lain yang terjadi yaitu ketika Halimah menyentuhkan tangan Nabi
SAW ke kambingnya yang sudah tidak bisa
memproduksi susu. Dengan kemuliaan Nabi
SAW, akhirnya kambing tersebut
bisa menghasilkan susu yang berlimpah untuk mencukupi kebutuhannya bahkan bisa
untuk dijual. Selain itu ketika NabiSAW menggembalakan kambing milik
Halimah, Nabi SAW duduk di padang rumput yang
kering, kemudian rumput-rumput tersebut
menjadi hijau dan segar kembali. Sungguh hikmah yang sangat luar biasa, Subhanallah. (adi, naf, fak)
0 comments:
Post a Comment