Salah satu sahabat
Nabi Muhammad SAW, Sahabat Abu Bakar As Shiddiq ra, berkata bahwa terdapat tiga
perkara di dunia ini yang tidak bisa dihasilkan dari tiga perkara lainnya. Hal ini sebagaimana di jelaskan dalam
Kitab Nashoihul ‘Ibad karangan Al Alim Al Alamah Syaikhina Nawawi Al Bantany
pada Bab ke-3, maqolah ke-3. Lalu apa saja ketiga perkara yang disebutkan oleh
As Shiddiq ra?
(عن أبى بكر
الصدّيق رضي الله عنه: ثلاث لا تدرك بثلاث) اى ثلاث خصال لا تطلب بثلاثة أشياء
(الغنى بلمنى) بصم الميم جمع منيه، أي فلا يحصل الغنى بالأمانى بل بالقسمة من الله
تعالى (والشباب بالخضاب) فلا يحصل الشباب بخضاب الشعر بالحناء ونحوه (والصحّة
بالأدوية) فلا تحصل الصحة بنفس الأدوية با بشفاءالله تعالى.
Pertama, الغنى
با لمنى yaitu kekayaan yang tidak dapat dihasilkan dengan lamunan dan
angan-angan. منى
merupakan bentuk jamak
dari منية (lamunan), sehingga yang dimaksud disini
adalah orang yang yang terlalu sering melamun. Tentu saja, tidak ada orang yang
kaya raya hanya karena ia terlalu sering melamun. “Andai saja…” “Seandainya..”,
dan lain sebagainya, hapus keinginan untuk kaya jika yang kita kerjakan hanya
melamun. Lalu, apa yang sebenarnya menjadikan seorang kaya harta? Mungkin
banyak dari kita yang akan segera menjawab ‘Kerja keras’, seperti yang sering
kita dengar dari para motivator handal.
Namun, inilah yang
sebenarnya sering kita lupakan. Qodlo dan Qodar Allah, ya, ketetapan dan takdir
Allah. Karena sesungguhnya yang menjadikan kita kaya adalah Allah, seperti
penjelasan lebih lanjut dalam kitab Nashoihul ‘Ibad bahwa seseorang bisa kaya
karena sudah mendapatkan qismah (bagian)
yang demikian dari Allah. Tentu kita sering mendengar cerita orang-orang yang
sudah bekerja keras, namun hidupnya hanya pas-pasan, meskipun banyak juga kisah
orang sukses setelah gigih dalam bekerja. Ya, itu semua karena sudah menjadi qismah kita dan takdir Allah. Seperti
tersebutkan dalam kitab Jawahirul Kalamiyyah yang dikarang oleh Syaikh Thahir
bin Shalih al Jazair, bahwa segala sesuatu yang terjadi pada manusia adalah
takdir dari Allah, baik itu hidup, mati, kaya, miskin, jodoh dan lainnya.
Lalu, jika segala
sesuatu telah ditetapkan oleh Allah, untuk apa kita bekerja keras mendapatkan
kekayaan jika ujung-ujungnya ternyata kita tetap pas-pasan? Ya, tapi bukan
karena sudah menjadi takdir Allah, lalu manusia hanya diam saja menunggu kaya.
Akan tetapi, manusia juga harus berikhtiar, berusaha secara maksimal. Karena
apa? Karena kita tidak pernah tau takdir kita di masa depan seperti apa.
Bukankah dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang menjelaskan tentang ikhtiar?
Bekerja secara maksimal adalah salah satu ikhtiar kita untuk mendapatkan
kekayaan. Akan tetapi, kita tidak diperbolehkan untuk memaksakan hasil. Karena
apa? Ketika memaksakan hasil atas ikhtiar kita, namun ketika tidak sesuai
dengan yang diharapkan, kita akan berputus asa. Hal inilah yang kemudian menjadi
salah satu alasan pentingnya sandaran vertikal, bersandar kepada Allah SWT atas
segala hal yang ada di dunia. Sehingga, setiap kegagalan yang kita dapatkan,
kita bisa mengembalikannya bahwa itu semua telah menjadi takdir Allah SWT, bukan
bersandar kepada ikhtiar kita, terlebih kepada sesama manusia.
Perkara kedua, adalah الشباب
بالخضاب yaitu sifat muda
karena semir, pada satu kesempatan, ustadz penulis menjelaskan الخضاب
artinya pacar, atau dapat dimakna semir dan kosmetik. Saat ini, banyak sekali
perusahaan-perusahaan yang berlomba-lomba menciptakan pelbagai macam jenis
kosmetik, baik untuk mencerahkan kulit, menghilangkan jerawat hingga membuat
awet muda, katanya. Selain itu, produk-produk semir rambut sangat ramai di
pasaran, masyarakat berbondong-bondong menyemir rambutnya berbagai warna, baik
untuk mengikuti tren atau menutupi rambut putih yang tumbuh dikepalanya, uban.
Lalu, apakah itu benar? Hal yang demikian inilah menurut Sahabat Abu Bakar as
Shiddiq tidak benar. Sifat muda tidak akan pernah bisa didapatkan dengan merk
semir dan kosmetik termahal sekalipun. Meskipun hal demikian tidaklah dilarang.
Akan tetapi, hakikatnya ketika manusia menjadi tua, itu semua adalah peringatan
akan kematian, sehingga kita selalu diingatkan untuk memperbanyak ibadah kepada
Allah SWT.
Terakhir, adalah الصحّة
بالأدوية atau sehat
karena obat. Ketika kita sakit, seringkali kita akan pergi ke dokter atau
sekedar membeli obat di apotek. Jika ditanya alasannya, kita akan menjawab
‘agar cepat sembuh’. Lalu, apakah obatlah yang menyebabkan manusia sembuh dari
penyakitnya? Bukan, melainkan adalah Allah yang telah memberikan kesehatan.
Allah SWT telah mentakdirkan kita sehat. Seperti pada perkara pertama, pergi ke
dokter ataupun mengonsumsi obat adalah bentuk ikhtiar kita dalam mencapai
kesembuhan. Sedangkan baik sehat ataupun tidak setelah kita berobat, adalah
takdir dari Allah SWT. Wallahu a’lam bi
showab.
0 comments:
Post a Comment