Kemudian, apa sebenarnya kaitan antara
masalah anak jalanan dengan mahasiswa NU?
Ya, mahasiswa NU juga harus ikut
berperan dalam melindungi dan ikut mengentaskan masalah anak jalanan. Karena
melindungi mereka merupakan salah satu pengaplikasian sikap kemasyarakatan NU,
yaitu sikap Tawazun dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Sikap tawazun yang dapat
diartikan sebagai sikap seimbang dalam berkhidmah, baik kepada Allah SWT,
sesama manusia serta lingkungannya. Sedangkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan
sikap peka yang mendorong warga NU untuk berperilaku baik, berguna dan
bermanfaat bagi kehidupan bersama serta menolak dan mencegah semua hal yang
dapat menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai kehidupan.
Selain itu, NU
merupakan salah satu organisasi yang mengakar kuat dikehidupan masyarakat
khususnya dalam lapisan sosial menengah bawah. Hal ini yang kemudian menjadikan
mahasiswa NU wajib menjadi salah satu bagian yang memiliki manfaat bagi
masyarakat bawah khususnya anak-anak jalanan. Serta tidak dapat dipungkiri,
bahwa banyak mahasiswa NU berasal dari keluarga dengan perekonomian menengah
bawah mendapatkan beasiswa sehingga dapat merasakan pendidikan hingga jenjang
perguruan tinggi.
Beberapa aksi
mahasiswa sebagai bentuk kepedulian kaum muda terhadap anak jalanan memang
telah banyak dilakukan, seperti melalui komunitas Rumah Pintar BangJo di
Semarang, Komunitas Save Street Child (SSC) yang tersebar diberbagai perguruan
tinggi di Indonesia dan Komunitas Satoe
Atap. Lalu, apa yang dapat dilakukan oleh mahasiswa NU yang pada awal Tahun
2015 telah tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU)? KMNU yang
memiliki anggota dari berbagai disiplin ilmu, sebenarnya memiliki potensi yang
cukup baik untuk membantu anak jalanan.
Misalnya dengan
melakukan program belajar bersama anak jalanan, baik pengetahuan umum maupun
agama. Selain itu melakukan penanganan secara psikologis, karena seringkali
kasus yang muncul mengenai anak jalanan adalah kekerasan baik secara fisik
maupun psikologis. Hal ini yang kemudian dapat menimbulkan efek trauma
berkepanjangan dalam diri anak-anak.
‘Jika ahli ilmu
dan hujjah tidak lagi memberi manfaat
Maka keberadaan
mereka di tengah masyarakat
sama saja dengan
orang bodoh.
Begitupun jika
seseorang tidak memberikan manfaat kepada orang lain
Maka
keberadaannya bagaikan duri di antara bunga.’
(dikutip dari buku “Khittah dan Khidmah Nahdlatul Ulama”)
Klik untuk Bagian Satu
Oleh: Nabila D. Azkiyah - KMNU UNDIP
0 comments:
Post a Comment